Jumat, 27 Februari 2009

Air Panas Bukik Kili

Kolam pemandian Sekaligus Tempat Pengobatan Alternatif

Fungsi air pada bangunan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan karena itu banyak cara untuk memanifestasikan kedua wujud tersebut. Terlebih pada bangunan suci, keberadaan air memiliki peran yang penting dan keduanya menyatu secara utuh.

Realitas demikian membuktikan bahwa unsur air pada bangunan suci,seperti mesjid, bukanlah suatu kebetulan atau sesuatu yang tidak di sengaja, melainkan oleh ummatnya secara sadar memang dihadirkan disekitar bangunan yang disucikan. Di mesjid-mesjid di daerah kita (Sumatera Barat) bahkan kebanyakan pengadaan air merupakan sesuatu yang essensial karena mampu memberi manfaat yang dinamik pada dekorasi arsitektur masjid.

Namun berbeda, bahkan bisa dikatakan unik, karena keberadaan air di mesjid Al-Ihwan Bukik Kili, nagari Koto Baru, Kabupaten Solok, air dimanifestasikan dalam bentuk kolam pemandian umum, masing-masing berukuran sekitar 25 X25 meter, karena antara kolam pemandian perempuan dan kaum laki-laki terpisah oleh bangunan permanen.

Satu illustrasi alam hadir disitu karena sumber airnya yang konon berasal dari perut Gunung Talang, sehingga air yang muncul dengan debet yang relatif besar memiliki kadar belerang yang dominan, sehingga suhu air menjadi panas.

Tersebab oleh realitas alam tersebut, nagari Koto Baru kemudian seolah mendapat berkah, karena di jorong Bukik Kili terdapat sebuah tempat pemandian air panas yang memiliki fungsi ganda; untuk mensucikan diri bagi ummat yang beribadah di mesjid Al-ikhwan dan bahkan sebagai pengobatan alami bagi mereka yang mengalami penyakit tulang dan penyakit kulit.

Pengobatan Alternatif

Tidak ada catatan khusus tentang asal muasal aie angek Bukik Kili. Juga tidak terdapat keterangan resmi soal kadar belerang yang terkandung dalam air panas tersebut, apalagi keterangan soal manfaat mandi di air panas tersebut..

Tetapi faktor budaya telah memberi kepercayaan kepada kebanyakan orang untuk selalu datang ke pemandian air panas Bukik Kili bukan sekedar untuk mandi, tetapi sekaligus sebagai usaha pengobatan alternatif secara alamiah. Terutama mereka yang telah berusia lanjut, adakalanya menginap di lokasi pemandian untuk terapi kelumpuhan, serta untuk pengobatan penyakit kulit.

Sebagai suatu tempat pemandian yang banyak menarik minat pengunjung, Air Panas Bukik Kili serta merta menjadi bagian dari sekian objek wisata di Kabupaten Solok. Hal itu lebih membuktikan bahwa kekuatan kepariwisataan daerah penghasil beras itu adalah pada kekayaan alam yang terdiri dari pergunungan, danau dan budaya.

Sangat mudah untuk mengetahui dimana lokasi pemandian air hangat dimaksud. Bahkan Bukik Kili di nagari Koto Baru mempunyai akses dari berbagai arah perjalanan, termasuk transportasi yang tersedia sangat gampang memperolehanya.

Air hangat Bukik Kili, berada di nagari Koto Baru, kecamatan Kubung,Kabupaten Solok. Dari koto Solok cuma berjarak sekitar 7 Km dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit dengan kendaraan roda dua atau roda empat.

Sedangkan pengunjung yang datang dari arah kota Padang, pada Km 53 Km selepas nagari Cupak, di sebelah kanan lintas Padang Solok, anda bakal menemukan sebuah tugu bertuliskan nama mesjid Al-Ikhwan, berikut lokasi pemandian Air Panas Bukit Kili.

Sekitar 20 meter dari pinggir jalan raya, sebuah lokasi pemandian yang representatif dengan suhu airnya yang nyaris tak pernah turun bakal menghantarkan kita ke pesona alam yang sulit mencari tandingannya di kawasan Sumatera.

Untuk memasuki lokasi pemandian tersebut, tentu dengan membayar retribusi terlebih dahulu. “ Pengunjung memang dibebankan membayar retribusi sebesar Rp 500 perorang. Sebgai pengganti uang kebersihan,”ujar Damsiwar, salah seorang penjaga pintu masuk lokasi pemandian air hangat Bukit Kili.

Lelaki paroh baya yang cukup simpatik tersebut menyampaikan, besaran pungutan ke objek pamandian air panas sudah merupakan kesepakatan pemerintah nagari Koto Baru yang dituangkan dalam Peraturan Nagari (Perna) No.4 tahun 2002.

Damsiwar tidak tahu berapa persentase dari jumlah uang retribusi yang masuk perhari untuk pemerintah nagari dan berapa pembagian untuk mesjid Al-Ikhwan itu sendiri.. Namun yang pasti, rata-rata jumlah pengujung saban hari berkisar antara 100 sampai 150 orang .

“ Kebanyakan yang datang hari Sabtu dan Minggu. Pengunjung yang meramaikan pemandian Bukik Kili juga banyak dari daerah-daerah lain di Sumatera Barat, sepertii Payakumbuh, Bukittinggi dan Batusangkar bagai,” jelas Damsiwar seraya menyebutkan nilai nominal pemasukaan Keuangan setiap minggu hampir mencapai angka Rp 600.000.

Objek pemandian air panas Bukik Kili tidak hanya diperuntukkan buat kaum laki-laki. Kolam pemandian untuk kaum hawa pun tak kurang menariknya dibanding tempat pemandian laki-laki.

Kedua kolam pemandian tersebut lokasinya bersebelahan dan dibatasi dengan bangunan penginapan yang cukup representatif untuk sebuah tempat pengobatan alternatif.

Damsiwar menyebutkan, setidaknya tersedia 15 kamar untuk menampung pengunjung yang datang dari luar daerah atau bahkan diperuntukkan bagi orang yang melakukan terapi kelumpuhan dengan air hangat Bukik Kili.

“ Sewa kamar sehari sebesar Rp 10.000/orang,”papar Damsiwar.

Sepanjang pengataman penjaga pintu lokasi pemandian air hangat tersebut, rata-rata pengunjung yang sudah tua menghabiskan hari-harinya untuk melakukan pengobatan dengan menginap. Mereka yang melakukan terapi untuk penyembuhan penyakit tulang, rematik atau patah tulang bahkan ada yang menginap sampai satu bulan.

Tarmizi, salah seorang pengunjung yang telah hampir seminggu tinggal di penginapan Air Hangat Bukit Kili menuturkan, manfaat air hangat cukup besar dalam rangka pe nyembuhan penyakit tulang, bahkan penyakit kulit. Ia yang sengaja datang dari Bukittinggi untuk melakukan terapi dengan menginap di penginapan komplek pemandian guna memperoleh kehangatan air yang cukup tinggi pada subuh hari.

“ Sekitar jam 5 pagi saya sudah merendam diri, karena pada jam-jam itulah kehangatan air seperti merasuk kedalam tulang, “ujar Tarmizi yang mengaku mengalami gejala kelumpuhan pada kaki sebelah kirinya.

Mandi sambil berobat.

Pemandian air hangat Bukit Kili tentu tidak semata sebagai lokasi pemandian saja. Disamping mampu mengobati penyalit tulang dan bahkan penyakit kulit, pengunjung yang hadir juga kebanyakan hanya untuk menikmati panasnya pemandian di kaki gunung Talang tersebut. Karena itu, tidak bisa dielakkan bahwa pemandian air hangat Bukik Kili termasuk salah satu lokasi objek wisata di Kabupaten Solok. Dan konsekwensinya tentu saja,pihak Dinas Pariwisata dihimbau agar memasukkan lokasi ini dalam kalender kepariwisataan di daerah ini.

Tidak terlalu panjang memberi alasan kenapa pemandian air panas Bukik Kili butuh perhatian serius. Selain karena pengunjung yang datang kebanyakan memakai kendaraan pribadi, bahkan tidak jarang juga memanfaatkan kendaraan umum, yang aksesnya ke kota Solok cukup lancar.

Tetapi yang menjadi persoalan mendesak bagi pengurus mesjid Al-Ikwan tampaknya lebih kepada lokasi parkir. Dengan kondisi saat ini, keterbatasan lapangan parkir sangat menyulitkan bagi pengunjung untuk memarkir mobilnya secara nyaman, karena lokasi parkir selama ini hanya berada diujung jalan masuk kelokasi pemandian.

Dari pengamatan itu,jelas lapangan parkir menjadi hal yang mendesak. Kalau dibiarkan berkembang secara alami, seperti sekarang ini, pemandian air hangat Bukik Kili hanya sebatas tempat kunjungan biasa. Tetapi akan lebih menjadi objek wisata terkemuka kalau seandainya lapangan parkir disitu dikelola dengan sempurna dan tentu saja diperluas lokasinya.

” Lapangan parkir memang seadanya,” ujar Damsiwar tanpa mau berkomentar panjang tentang itu.

Inilah sebuah ironi dalam pengembangan kepariwsataan di Kabupaten Solok. Ketika pihak Pemerintah setempat jor-joran mengemukakan kehebatan objek wisata di daerah itu, dengan mengandalkan kekayaan alam, namun potensi objek wisata air hangat Bukik Kili yang hanya memerlukan sentuhan tipis saja, seolah terlupakan dari peta pengembangan wisata.

Dinas Pariwisata setempat mesti nya tersentuh untuk mengembangkan lokasi pemandian ini, meski itu hanya sebatas pengembangan lapangan parkir. Sehingga kesannya pembangunan kepariwisataan kabupaten Solok tidak terkesan normatif atau sebatas basa-basi, tetapi justru menjadi sebuah program nyata.

Semua tentu berharap, kelak para praktisi pariwisata, seperti biro perjalanan, memasukkan tempat pemandian air panas Bukik Kili sebagai salah satu lokasi kunjungan wisata di Sumatera Barat. Dengan cara seperti itu, suatu ketika kita memperoleh kepastian bahwa belum lengkap rasanya ke Solok tanpa menyinggahi pemandian air panas Bukik Kili

dicopy dari faws.blogspot.com

Pemandian Lubuk Mata Kucing yang Terlupakan

antara-sumbar
Rabu, 18 Februari 2009 | 12:35 WIB

Dulu setiap wisatawan berkunjung atau perantau pulang ke Padangpanjang, pasti menyempatkan diri ke Pemandian Lubuk Mata Kucing. Sekarang, sejak Minang Fantasi yang terkenal dengan waterpark berdiri di Padangpanjang pada 2008, pemandian ini pun mulai ditinggalkan.

Padahal, pemandian yang dibangun Belanda pada 1918 ini sangat terkenal hingga HAMKA, ulama dan sastrawan Sumbar, mengabadikannya dalam roman 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk'.

Kepala dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Porbudpar) Kota Padangpanjang, zulkarnain Harun mengakui kondisi pemandian Lubuk Mata Kucing sudah ketinggalan zaman dan harus direnovasi untuk membangkitkan minat masyarakat berkunjung. Pemerintah Kota Padangpanjang tetap berharap pemandian Lubuk Mata Kucing ini bisa dipertahankan karena faktor sejarahnya.

"Tahun 2008, kita sudah mempersiapkan masterplane renovasi pemandian Lubuk Mata Kucing, jadi memang ada upaya kita ke arah pembenahan pemandian Lubuk Mata Kucing," ujar zulkarnain saat ditemui di kantornya, Jumat (13/2).

Lebih jauh Zulkarnain mengatakan ke depannya dalam rencana yang dibuat, pemandian Lubuk Mata Kucing tidak hanya sebagai objek wisata tapi juga sebagai lokasi latihan olahraga renang, di samping sebagai sumber air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
"Untuk sementara, pemandian ini untuk penyediaan sumber air minum bagi masyarakat Kota Padangpanjang," ujarnya.

Dikatakan Zulkarnain, potensi pemandian Lubuk Mata Kucing masih tetap besar dibanding Water Park. Setidaknya dilihat dari ukuran tiket masuk, pemandian Lubuk Mata Kucing hanya ditarik Rp 1.500 per orang. Bandingkan dengan water Park untuk masuk saja tiketnya Rp 35 ribu per orang. Bahkan untuk mengikuti seluruh paket yang ada di water Park, biayanya sampai Rp 75 ribu."Setidaknya bagi wisatawan lokal, tarif di pemandian Lubuk Mata Kucing masih terjangkau," ujarnya.

Water park yang mulai dibangun bulan September 2008 dan mulai dioperasionalkan pada Oktober 2008. Sampai akhir tahun 2008, jumlah pengunjung diperkirakan sebanyak 200 ribu orang. Pemerintah Kota Padangpanjang menargetkan jumlah kunjungan pada tahun 2009 ini bisa mencapai 500 ribu orang. Ini tentunya akan bertambah jika pembangunan terminal mini kereta api wisata Padang-Padangpanjang di kawasan terwujud.

"Kalau hitung-hitungan kita, target kunjungan bisa mencapai kurang lebih 1 juta, ini hanya target terendah kita buat," ujarnya.

Luas keseluruhan kawasan Water Park di Silaing Bawah ini mencapai 11,5 hektar. Objek wisata ini dikelola PT Niagara Fantasi Islandinvestor Minang Fantasi dengan masa pengelolaan 30 tahun.

Water Park memiliki arena permainan basah dan kering. Beberapa permainan basah berbentuk kolam renang berjumlah 9 buah, yang terdiri atas semi olimpic, air hangat, kolam anak I, II dan III, kolam seluncuran (water boom), kolam ombak, kolam arus dan kolam khusus wanita. sedangkan permainan arena kering yang dibangun antara lain kuda berputar, buayan kaliang, bombom car, jump round, mini disco serta kereta api gandeng.

Khusus water boom tinggi sekitar 30 meter dengan panjang 50 meter. Seluncuran di kolam tersebut berjumlah dua buah dengan kedalaman kolam sekitar satu meter. Beberapa fasilitas lain di kawasan ini antara lain rumah adat yang bisa disewakan. Setiap rumah adat dilengkapi kompor gas, dispenser, parabola, kamar mandi serta peralatan dapur lainnya. Rumah ada ini disewakan sekitar Rp 1 juta. Maksimal bisa diisi 30 orang. Selain itu juga ada musala berkapasitas 40 orang serta sejumlah unit wc di kawasan tersebut. (youngster)

Objek Wisata Lubuak Bonta, Pesona Alam Mengesankan

Minggu, 24 Agustus 2008
Berkunjung ke objek wisata pemandian Lubuak Bonta, yang terletak di Korong Tarok Kenagarian Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam Padangpariaman mengantarkan kita pada panorama alam yang begitu mengesankan.

Suara gemericik air ditingkahi ikan -ikan kecil yang yang selalu menari dengan riangnya, membuat kita betah berlama lama mengisi waktu, menikmati suasana alam nan asri yang ada di Lubuak Bonta. Keindahan panorama alam pemandian Lubuak Bonta, terasa semakin lengkap dengan kehadiran air terjun mini, dengan geraknya yang begitu gemulai, sekaligus mampu meninggalkan kesan mendalam terhadap pengunjung yang menyaksikannya.

Lambaian air terjun di tempat ini, juga seakan mengundang keinginan setiap pengunjung untuk datang kembali ke pemandian Lubuak Bonta. Untuk sampai di pemandian Lubuak Bonta sebenarnya tidaklah terlalu sulit, jaraknya yang cukup dekat, dari jalan negara Padang Bukittinggi, (berkisar sekitar 5 KM dari jalan negara,red) menjadikan objek wisata pemandian Lubuak Bonta, begitu mudah dijangkau para pengunjung.

Pemandian objek wisata Lubuak Bonta yang bersumber dari mata air pegunungan itu, terdiri dari dua kolam utama. Satu di antaranya terletak di bagian bawah dan satu lainnya berada di bagian atas. Hanya saja belakangan pengunjung biasanya lebih cenderung mandi-mandi di lubuk yang terdapat di bagian atas, karena di samping airnya tidak begitu dalam, di kawasan itu pengunjung juga dapat menikmati mata air dalam ukuran besar dan bergelombang yang langsung muncul dari permukaan tanah.

Meski demikian, lubuk yang ada di bagian bawah juga kerap dikunjungi pengunjung karena di samping airnya cukup dalam juga pemandangan di kawasan lubuak itu, juga begitu menarik untuk dinikmati, terutama dengan airnya yang kebiru-biruan. “Kalau biasanya dasar lubuk itu tidak terlihat kepermukaan, tapi karena airnya sudah agak dangkal maka kondisinya saat ini menjadi sedikit berbeda,” terang warga setempat, Sudirman.

Terlebih belum lama ini, jalan menuju kawasan tersebut juga baru saja diperbaiki, oleh pemerintah Kabupaten Padangpariaman. Hal ini terasa semakin memanjakan pengunjung, agar semakin cepat tiba di lokasi objek wisata Lubuak Bonta.

Sebagai salah satu objek pemandian yang ada di Padangpariaman, objek wisata Lubuak Bonta memang sudah dikenal sejak lama. Bahkan di era 70-80 an, objek pemandian ini begitu populer di kalangan masyarakat. Tidak hanya masyarakat Padangpariaman, tapi juga masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, atapun masyarakat yang datang dari berbagai provinsi di tanah air.

Saat inipun objek wisata Lubuak Bonta juga masih menjadi primadona utama, para wisatawan yang berkunjung ke Padangpariaman. Baik itu pada saat hari Minggu, atau hari libur lainnya di samping menjelang masuknya bulan suci Ramadhan, atau dikenal juga dengan musim balimau. Bahkan, sama dengan tahun tahun sebelumnya, saat musim balimau tahun ini objek wisata Lubuak Bonta, juga diprediksi bakal diserbu para pengunjung.

Makanya warga setempat, telah mencoba memprakarsai para pemuda untuk membenahi kawasan objek wisata Lubuak Bonta secara swadaya. Hal itu tentunya tidak terlepas dari keinginan untuk memanjakan pengunjung yang ingin balimau ke tempat ini. (Yurisman Malalak)

Lubuk Minturun Tempat Mandi Meener dan None Belanda

Lubuk Minturun

Berwisata ke pemandian alam memang menjadi pilihan banyak warga Kota Padang dan sekitarnya. Barangkali konotasi tempat pemandian sembari menikmati keindahan alam sungguh mengasyikkan. Tak sulit mencari tempat pemandian alam di wilayah Sumbar. Khusus Kota Padang, ada tiga tempat wisata pemandian alam, yakni Lubukparaku, Lubukminturun atau Sarasah Sikayan Balumuik. Jaraknya, dari pusat kota Padang tak jauh, berkisar antara 10 sampai 20 kilometer. Tidak jauh kan?

Khusus untuk Lubukminturun, nama ini telah akrab ditelinga pencinta pemandian alam. Bahkan dari monumen yang ada di lokasi, tempat pemandian ini telah digunakan sejak tahun 1883. Ciri khas dari tempat pemandian ini adalah gemercik kesegaran yang tersuguh berdampingan dengan lori, transportasi kereta gantung peninggalan Belanda. Tak salah rasanya, menjelang puasa objek ini jadi pilihan.

Kesegaran, itulah ungkapan yang pantas untuk menggambarkan aliran air jernih dan bening ini. Kesegaran dan keindahan panorama “menghanyutkan” pencintanya. Aliran dari air terjun dari tebing-tebing ini tak pernah berhenti mengisi aliran tempat pemandian ini. Bahkan, ketika musim kemarau pun. Airnya yang tenang dan jernih akan membuat kita berlama-lama di sini. Bahkan sampai pucat karena kedinginan pun tidak akan terasa. Tapi jangan sampai tenggelam lho.

Pemandian Lubuk Minurun ini berada sekitar 10 kilometer utara Kota Padang. Perjalanan menuju ke obyek itu dapat ditempuh dengan mobil atau motor. Kalau memakai angkutan umum, anda dapat memanfaatkan angkutan kota jurusan Tabing-Lubuk Minturun atau by pass Lubeg menuju batas kota dan turun di simpang Lubukminturun. Selanjutnya anda dapat naik ojek dengan ongkos sesuai kepandaian anda menawar.

Untuk angkutan umum tadi cukup dengan ongkos Rp3 ribu saja. Kiri kanan jalan menuju lokasi suguhan bunga-bunga indah akan menemani anda. Pemandangan tersebut adalah bagian dari jualan masyarakat sekitar mulai dari, bunga-bunga sampai bibit buah. Menjelang selesai pemandangan tersebut, kawasan sejuk pemandian telah menanti anda. Selagi menikmati gemercik air anda akan menyaksikan ribuan ikan larangan seukuran telunjuk orang dewasa. Di sekitar pemandian, bagi yang ingin camping, juga tersedia area untuk camping dan hiking tentunya.

Untuk masuk, setiap pengunjung dikenai pungutan retribusi sebanyak Rp3 ribu untuk anak-anak dan Rp5 ribu untuk orang dewasa. Kalau menggunakan motor atau mobil pribadi pun anda tak usah ragu, karena jalanan dan kawasan parkir yang tersedia cukuip representatif. Jangan lupa untuk mengunci, kendaraan anda dan jangan tinggalkan barang berharga yang memancing pihak tidak bertanggungjawab untuk melakukan aksinya.

Tempat pemandian hasil bentukan alam yang berada di aliran batang Kandis ini telah dinikmati sejak zaman meneer dan none Belanda. Sebuah prasasti dari semen terpasang di tepi pemandian Lubukminturun yang terletak Kecamatan Koto Tangah. Di dalam prasasti itu terdapat tulisan termakan usia dan lumut. Jika diperhatikan tulisan yang terdiri atas tiga baris, terlihat ukiran tulisan latin ‘Diboeka 8-4-1883’, pada baris pertama, ‘oleh’ pada baris kedua, baris ketiga "penghoeloe..." dan barisan keempat "Achin..........".
Prasasti sederhana ini mungkin sering luput dari pengunjung-pengunjung sebelumnya. Dari pengakuan masyarakat sekitar, memang benar kalau tempat ini telah digunakan oleh orang-orang Belanda yang pernah menikmati dan mengeksplorasi bangsa ini. Air jernih, tapi tidak deras. Bagi yang datang dengan keluarga, sebaiknya perhatikan tempat dimana anak-anak anda berenang atau berendam. Ada kalanya mereka larut dengan kesejukan aliran air, hingga lupa telah berada di zona pemandian yang dalam. Bukannya menakut-nakuti, tapi dimana pun kita berwisata waspada tidak boleh dilupakan.

Bagi mereka sering mengikuti balimau (tradisi masyarakat jelang masuk Ramadhan) pemandian ini adalah pilihan. Makanya tak usah heran jika pada hari libur lokasi ini menjadi pilihan liburan, baik keluarga atau pun anda yang senang dengan wisata petualangan.

Tentunya setelah puas mandi-mandi, perut akan keroncongan. Di sekitar lokasi pemandian memang tidak ada tempat makan yang representatif. Kalaupun ada, hanya mie rebus atau makan instan lainnya. Namun, tak jauh dari lokasi pemandian, di mana pemandangan Lubukminturun akan terlihat jelas, terdapat satu hingga tiga rumah makan yang buka pada hari-hari tertentu, khususnya pada hari libur dimana kunjungan ke tempat pemandian tersebut ramai.

Kalau ingin kepastian, bukan ide buruk kalau anda menyiapkan bekal dari rumah. Nasi panas berbungkus daun pisang yang anda bawa dari rumah dilengkapi samba lado dan ikan asin tentunya sangat nikmat untuk disantap setelah menggigil kedinginan usai menikmati kesegaran Lubukminturun. Hemmn…Apalagi kalau datang dengan keluarga. Nasi yang disimpan dalam termos, siap untuk disantap habis.

Jangan heran, kalau di rumah anak-anak sulit untuk menghabiskan santapannya, di sini setelah puas mandi-mandi mereka akan minta tambah. Lengkap kan. Ditemani keluarga, atau orang-orang tersayang anda menikmati sejuknya pemandian dan santapan hebat dengan suasana hangat di tengah kesejukan alam Lubukminturun. Orang Belanda aja mengakui tempat ini memang hebat. (***)